Selasa, 06 November 2012

Kisah Agung Tentang Calon Penghuni surga



عن عطَاء بن أبي رَباحٍ ، قَالَ : قَالَ لي ابنُ عَباسٍ رضي اللهُ عنهما : ألاَ أُريكَ امْرَأةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّة ؟ فَقُلْتُ: بَلَى ، قَالَ : هذِهِ المَرْأةُ السَّوداءُ أتتِ النَّبيَّ - صلى الله عليه وسلم - ، فَقَالَتْ : إنّي أُصْرَعُ ، وإِنِّي أتَكَشَّفُ ، فادْعُ الله تَعَالَى لي . قَالَ : (( إنْ شئْتِ صَبَرتِ وَلَكِ الجَنَّةُ ، وَإنْ شئْتِ دَعَوتُ الله تَعَالَى أنْ يُعَافِيكِ )) فَقَالَتْ : أَصْبِرُ ، فَقَالَتْ : إنِّي أتَكَشَّفُ فَادعُ الله أنْ لا أَتَكَشَّف ، فَدَعَا لَهَا. متفقٌ عليه.
Dari 'Atha' bin Abu Rabah, dia berkata: "Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma mengatakan kepadaku: "Apakah engkau suka saya tunjukkan seorang wanita yang tergolong ahli syurga?" Saya berkata: "Baiklah." Ia berkata lagi: "Wanita hitam itu pernah datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini terkena penyakit ayan dan ketika penyakit tersebut kambul tersingkaplah sebagian aurat tubuhku. Oleh kerananya berdoalah kepada Allah untuk ku- agar saya sembuh." Beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau mau bersabar bersabar maka balasan untukmu syurga, tetapi jikalau engkau ingin sembuh, maka saya akan mendoakan untukmu kepada Allah Ta'ala agar penyakitmu itu disembuhkan oleh-Nya." Wanita itu lalu berkata: "Saya memilih untuk bersabar," lalu katanya pula: "Sesungguhnya kerana penyakit itu, tersingkaplah sebagian aurat tubuh saya. Kalau begitu sudilah gerangan mendoakan saya kepada Allah agar ketika penyakit saya kambuh, aurat saya tidak tersingkap." lalu Nabi s.a.w. mendoakan untuknya - sebagaimana yang dikehendakinya itu." (Muttafaq 'alaih)

    Hadist di atas merupakan salah satu hadist yang dikatakan oleh ulama sebagai kisah  terindah tentang sifat malu, selain itu haidits ini adalah salah satu hadist yang dimasukkan ke dalam bab kesabaran oleh Iman An-Nawawi rahimahullahu ta’ala dalam kitabnya yang terkenal di berbagai kalangan umat islam, yaitu Riyadusshalihin.
  Dari hadits di atas terdapat tiga faedah besar yang sangat penting untuk kita jadikan pelajaran dan renunagan, dimana pelajaran tersebut yaitu :
1.    Pentingnya Sifat Malu
Sesunggunya kisah wanita di atas merupakan salah satu kisah yang agung, yang menjelaskan tentang kemuliaan aklaknya, yang mana sifat yang mulia tersebut seharusnya dimiliki oleh setiap wanita.  ia berkata berkata: "Sesungguhnya saya ini terserang oleh penyakit ayan dan oleh sebab itu tersingkaplah sebagian aurat tubuhku. Oleh kerananya berdoalah kepada Allah untuk ku- agar saya sembuh. Ketika Rasulullah memberinya pilihan antara kesembuhan dan kesabaran padanya, dia memilih kesabaran, akan tetapi karena sifat malu yang dimiliki oleh wanita itu ia meminta kepada Rasulullah untuk mendoakannya sekali lagi, yaitu ia berharap ketika  penyakitnya kambul tidak tersipkap sebagian auratnya. Hal ini menunjukkan begitu pahamnya wanita tersebut akan pentingnya menjaga aurat dan sifat malu yang dimilikinya begitu agung, yang mana meskipun seandainya hal tersebut terus terjadi, yaitun terbukanya sebagian aurat ketika penyakitnya kambul, maka tidaklah dosa baginya karena hal tersebut merupakan suatu hal yang diluar kesadarannya, tetapi ia tetap meminta kepada Rasulullah agar hal tersebut tidak terjadi ketika penyakitnya kambuh, sifat malu seperti inilah yang sulit kita temui pada wanita di zaman ini, yaitu wanita yang takut auratnya terlihat oleh orang lain. akan tetapi kita temui wanita sekarang merasa senang, bahagia dan puas jika laki-laki yang bukan mahramya melihat auratnya, bahkan kita mendapati sebagian wanita muslimah memakai pakaian yang minim sehingga bgian yang terbuka lebih banyak dari yang ia tutupi (na’dzubillahi min dzalik), tidakkah ia takut azab Alla, tidakkah ia sadar bahwa dia akan dibangkitakan setelah kematiannya dan ditanyakan tentang perbuatannya tersebut, dan ketahuilah wahai wanita muslimah bahwa Rasulullah dalam hadistnya menyebutkan tentang keadaan orang yang memperllihatkan auratnya, yaitu dia tidak akan mencium bau surga. Coba lihatlah wanita di atas, dia malu auratnya tersingkap, yang kemungkian yang tersingkap darinya hanya sebagin kecil dari tubuhnya, akan tetapi wanita muslimah sekarang tidaklah merasa malu meski auratnya terbuka, dan berpakaian yang tidak sesuai dengan apa yang di ridoi Allah dan Rasul-Nya.
2.    Bertawassul (mengambil peranara)
Cerita diatas merupakan dalil bagi kita tentang bolehnya bertawassul (mengambil perantara) kepada orang shaleh yang hadir di hadapan kita yaitu meminta kepada orang shaleh tersebut untuk mendoakannya kepada Allah agar keinginannya dipenuhi oleh Allah. Adapun tawassul terhadap orang yang sudah meningggal atau tidak hadir dihadapan kita dengan mengatakan “ Yaa syaik fulan……, ya kyai fulan,,,,,ya wali fulan…..” maka hal ini merupakan kesyirikan yang sangat dibenci oleh Allah dan dapat membawa pelakunya ke dalam neraka, karena orang tersebut sudah mengira bahwa Syaiknya atau Kyai-nya dapat mengetahui hal yang ghaib, yaitu dapat mendengar perkataanya dari dalam kubur atau dari temapat yang jauh dari si peminta, padahal dalam al-quran maupun hadist sudah dijelaskan bahwa orang yang sudah meninggal tidak bisa mendengar doa mereka. Dan kalau memang hal tersebut benar yaitu boleh bertawassul terhadap orangyang  sudah meninggal maka tentulah samapai kepada kita hadits atau kisah sahabat yang bertawassul kepada rasulullah setelah matinya beliau. Bacalah cerita Umur bin Khattab yang mana ketika pada masa beliau ditimpa kekeringan, dia dan para sahabat lainnya tidak datang ke kuburan Rasulullah, tetapi mereka berdoa kepada Allah. Apakah kita merasa lebih pintar dari umar tentang agama ini?, sehingga Umar tidak datang ke makan rasulullah dan berdoa “ ya….Rasulullah……”.jelaslah wahai saudar, bahwa hal ini merupakan suatu hal yang mungkar.
3.    Kesabaran
      Kesabaran merupakan suatu hal yang sangat mulia di sisi Allah, dimana ketika kita sabar, baik sabar terhadap musibah, sabar dalam menjalani ketaatan kepada Allah, dan sabar dalam menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah meski itu membuat hatinya senang. Dan hadist di atas menceritakan tentang kesabaran seorang wanita yang terkena penyakit, dan ketika di tawari Rasulullah antara kesembuhan dan kesabaran, dia memilih kesabaran, karena dengang kesabaran maka jaminan suraga baginya. Akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal ini yaitu hendaknya dalam bersabar semata-mata karena Allah, dan ujian yang ia terima merupakan kehendak Allah. (wallahua’lambisshawab)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar