Baitullah

Allahu Akbar...!!!

Peran Pemuda Dalam Perjalanan Dakwah

peran pemuda sangatlah penting. Bisa kita lihat ke masa lalu, saat Nabi hijrah ke Madinah, yang menyambutnya pertama kali adalah para pemuda.

Do'a Sebelum Tidur

Selalu berharap perlindungan dari Allah ketika tidur dan mengikuti sunnah Rosul dengan membaca do'a sebelum tidur.

dengan Asma-Mu dan Ibadahku Aku dapatkan sebuah kebahagiaan hidup sampai akhir nanti.

perbanyaklah melakukan ibadah untuk bekal di hari akhir kelak.

Rabu, 14 November 2012

Keutamaan bulan Muharram


keutamaan bulan muharram, kisah muharram, ibadah bulan muharram, 0856.4578.4363, www.rumahplakat.com

Bulan muharram merupakan merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam islam dintara bulan-bulan lainnya, sebgaimana yang Allah jelaskan dalam surah at-taubaha :
Artinya “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”
Empat bulan haram tersebut sebgaimana yang Rasulullah jelaskan dalam hadistnya :

...السَّــنَةُ اثْــنَا عَشَرَ شَـهْرًا مِنْـهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَــاتٌ ذُو الْـقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَـيْنَ جُمَادَى وَشَعْـبَانَ رواه البخاري

“…Setahun terdiri dari dua belas bulan di dalamnya terdapat empat bulan haram, tiga diantaranya berurutan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan  keempat adalah Rajab yang diantarai oleh Jumadil (awal dan tsani) dan Sya’ban” (HR. Bukhari)
Adapun maksud dari firman Allah سبحانه وتعلى :Janganlah kamu menganiaya diri kamu  yakni, pada bulan-bulan haram karena kesalahan atau dosa yang dikerjakan waktu itu lebih besar dibandingkan dengan kesalahan atau dosa yang dikerjakan pada bulan-bulan selainnya. Hal ini dijelaskan oleh qotadah dalam tafsir ibnu katsir dan dapat dilihat pula dalam tafsif As-sa’di dari ayat di atas.
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما telah berkata:

قَدِمَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا ؟ قَالُوا : "هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى" قَالَ  فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْـكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ  رواه البخاري

Artinya “Setelah Nabi صلى الله عليه وسلم tiba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura, beliau bekata: “apakah ini?”, mereka menjawab: “Ini adalah hari yang baik dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh-musuhnya hingga Musa berpuasa pada hari itu”, selanjutnya beliau berkata: “Saya lebih berhak atas Musa dari kalian”, maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa pada hari itu. (HR. Bukhari)

Amalan-amalan yang sah datangnya dari rasulullah dan mempunyai keutamaan khusus dalam bulan muaharran ini yaitu banyak berpuasa di dalamnya, sebgaimana dalam hadist berikut :
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia telah berkata, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda : 

أَفْضَلُ الصّـِيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ  رواه مسلم

Artinya “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharram” (HR. Muslim).
Akan tetapi telah diriwayatkan, bahwasanya Nabi صلى الله عليه وسلم tidaklah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan saja, jadi hadits ini hanya menunjukkan keutamaan memperbanyak puasa pada bulan Muharram, bukan berpuasa dengan sebulan penuh. Yaitu dengan melaksanakn puasa-puasa sunnah yang telah di syariatkan seperti puasa Daud, puasa Senin Kamis, dan puasa tengah bulan (tanggal 13,14, 15).
Adapun puasa yang khusus dalam bulan ini yang sah datangnnya dari Rasulullah yaitu puasa Asyura, puasa pada tanggal 10 muharram, sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah :
Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما telah berkata: 
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَـتَحَرَّى صِيَامَ يـَوْمٍ فَضَّــلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيـَـوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّـهْرَ يَعْنِي شَـهْرَ رَمَضَانَ رواه البخاري
Artinya “saya melihat Rasulullah s.a.w. memperhatikan satu hari untuk berpuasa yang beliau utamakan dari selainnya, kecuali pada hari ini yakni hari ‘Asyura dan bulan ini yakni bulan ramadhan” (HR. Bukhori)
Dari Abu Qadah Radhiyallahu Anhu, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: 
 صِيَامُ يـَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّــنَةَ الَّتِي قَــبْلَهُ رواه الترمذي
Artinya “Puasa hari ‘Asyura, Aku berharap kepada Allah untuk menghapus dosa pada satu tahun sebelumnya.” (HR. Tirmidzi)     
Dan Rasulullah صلى الله عليه وسلم juga berpuasa pada tanggal 9 muharram, diman hal ini agar menyelisihi orang yahudi yang juga berpuasa pada bulan tersebut.
Dari Abdullah bin Abbas رضي الله عنهما telah berkata:

 حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا :"يـَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالـنَّصَارَى" فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم ) فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ( قَالَ "فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم " رواه مسلم

Artinya “Ketika Rasulullah s.a.w berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa, mereka berkata: “Wahai Rasulullah sesungguhnya ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka Rasulullah s.a.w bersabda: “Pada tahun mendatang Insya Allah kita juga akan berpuasa pada hari kesembilan” dia (Ibnu Abbas) berkata: “akan tetapi beliau  s.a.w telah wafat sebelum tahun depan” (HR. Muslim).
   
Imam Syafi’i, Ahmad, Ishak dan lainnya berkata : Disunnahkannya berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh, karena Nabi صلى الله عليه وسلم berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat berpuasa pada hari kesembilan. (wallahua’lam bisshawab).




Sumber : http://islammubarak.blogspot.com
readmore »»  

Rabu, 07 November 2012

Adab Islami Sebelum Tidur


Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu.
Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ
Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan.
Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1/321-322).
Ketiga: Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.
Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017). Membaca Al Qur’an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini lebih menenangkan hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Keempat: Membaca ayat kursi sebelum tidur.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR. Bukhari no. 3275)
Kelima: Membaca do’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”.
Dari Hudzaifah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »
Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)
Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak kami sebutkan dalam tulisan kali ini. Silakan menelaahnya di buku Hisnul Muslim, Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni.
Keenam: Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam (tidak sering begadang) jika tidak ada kepentingan yang bermanfaat.
Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)
Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Sumber : Muslim.Or.Id

readmore »»  

Selasa, 06 November 2012

Tabarruj di Facebook



 Facebook merupakan jejaring sosial social masa kini baik itu. Cukup aneh untuk berjumpa dengan seseorang yang tidak mempunyai sekurang-kurangnya sebuah akun facebook. Namun di balik penggunaan facebook ini, tanpa kita sedari berbagai dosa dilakukan di kalangan pengguna. Seorang Ustazd dari Malaysia mengulas mengenai dosa-dosa yang sering terjadi di facebook, dalam tulisan ini saya ingin menfokuskan pada salah satupoint yang di jelaskan beliau beliau, yaitu 'gambar'. Sikap suka menunjukkan gambar boleh dikatakan dengan tabarruj, yaitu suatu dosa yang dianggap remeh oleh masyarakat pada umumnya. Apakah itu tabarruj? Hal ini merupakan sesuatu yang perlu kita pahami.
TABARRUJ ialah memamerkan kecantikan, rupa, paras. Baik itu muka atau anggota-anggota badan yang lain. Imam Al-Bukhari rahmatullah 'alaihi berkata:
“tabarruj, iaitu seorang wanita yang memperlihatkan kecantikan rupa parasnya”.
Untuk menjaga masyarakat dari bahaya memamerkan ‘aurat, disamping menjaga kehormatan wanita dari berbagai kecerobohan, maka dengan demikian Allah melarang setiap wanita yang berakal dan yang telah baligh bertabarruj. Allah s.w.t telah berfirman dalam surah an-Nur ayat 31 :
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-nuur : 31)
Dengan ini jelas bahwa setiap bentuk perhiasan, baik itu di anggota badan maupun pakaian dapat menimbulkan fitnah. Oleh karena iyu wanita dilarang bermake-up kecuali untuk suami-suami mereka. Larangan seperti ini hanya sanggup ditaati oleh wanita-wanita yang beriman sahaj, kerana merekalah orang yang takut pada kemurkaan Allah dan siksaan dari-NYA. Mari kita renungi firman Allah berikut ini, yang ditujukan kepada isteri-isteri Rasulullah s.a.w yaitu :
u يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
Artinya “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[2] dan ucapkanlah Perkataan yang baik.” (QS. Al-ahzab: 32)
Keterangan :
[1] Yang dimaksud dengan tunduk di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
[2] Yang dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit Ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa suara lemah-lembut wanita merupakan sebahagian daripada ‘aurat . sehingga jika seorang wanita berbicara dengan orang lain hendaknya ia memakai bahasa yang tegas, dengan tujuan agar tidak timbul penyakit dalam hati orang di ajak bicara. Kembali lagi kita kepada jenis alat-alat make-up. Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud:
“Andainya wanita keluar dari rumah serta memakai bau-bauan, maka dia sudah dianggap melakukan perzinaan”
Oleh karena itu wanita tidak boleh menggunakan wangi-wangian sembur diwaktu keluar dari rumah, dimana syari’at Islam, melarang perzinaan,dan hal-hal yang membawa kepada perbuatan keji tadi semuanya juga dilarang.
Ummu salamah ada menceritakan, maksudnya begini:
“ Asma’ binti Abu Bakar telah menziarahi Rasulullah s.a.w pada suatu hari dengan pakaian yang nipis. Lantas Rasulullah.s.a.w menasihatinya dengan bersabda yang maksudnya :“ Wahai Asma’, sesungguhnya seseorang gadis yang telah berhaidh (baligh), tidak harus baginya menzahirkan anggota badan, kecuali ini dan ini.” Ketika itu, Rasulullah s.a.w mengisyaratkan kepada muka dan kedua telapak tangan.
Sekarang mari kita lihat,teliti,dan renungkan apa saja yang di katakana tabarruj di facebook kali ini dengan acuan beberapa dalil di atas. Mari  kita lihat beranda Facebook kita dan lihatlah bertapa ramai muslimah tanpa segan silu meletakkan foto-foto mereka dan  memperlihatkan kecantikannya masing-masing dengan berbagai aksi. Bermacam-macam gaya yang mereka tunjukkan di facebook, ada yang menunjukkan peace, ada yang membeliakkan mata, memuncungkan mulut dan sebagainya. Akan tetapi apabila mereka ditanya tentang alasan memamerkan fotonya di facebook. Rata-rata akan menjawab sekadar berkongsi kegembiraan, agar banyak yang komen dan sebagainya. Namun tidakkah dapat kita berfikir sejenak, memperlihatkan gambar tersebut akan mendatangkan pelbagaberbagai respon dan persepsi ramai. Terutama kepada lawan jenisnya, dinmana gambar tersebut dapat menjadi fitnah bagi mereka, yaitu kaum laki-laki. Sehingga akan timbul penyakit dalam hati orang yang melihat.
Islam merupakan agama yang menghendaki kita bersederhana. Janganlah berlebih-lebihan meletakkan gambar, seolah-olah berlomba-lomba siapakah memiliki paling banyak gambar. Dan bertaqwalah hanaya kepada Allah, dan ingatlah surahdalam surah An-nur bahwa permpuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan sebalinya, oleh karena itu merupakan hal yang sangat bodoh jika kita berhias sedemikian rupa hanya takut di jauhi dan terlihat aneh. Marilah kita berhukum dengan hukum yang telah dijelaskan dalam Al-quran maupun hadist, jangan engkau jadikan apa yang banyak dilakukan oleh kebanyakan manusia di akahir zaman ini. (wallahu a’lam bisshawab)





readmore »»  

Meraih Surga Dengan Cinta


            Al-hub ((الحب, yang artinya cinta merupakan salah satu amalan hati, yang apabila amalan tersebut kita curahkan untuk Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang senantiasa komitmen terhadap agama-Nya, maka kabar gemabira buatnya, yaitu kelak di akhirat bersama Rasulullah s.a.w. sebagaimana hadist berikut :
عَنْ أَنَسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم ، عَنِ السَّاعَةِ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ : لاَ شَيْءَ إِلاَّ أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَمَا   فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
Artinya “ Dari Anas Bin Malik r.a , seorang laki-laki (orang arab Badui) bertanya kepada rasulullah s.a.w tentang hari kiamat, dia berkata kapan hari kiamat ya Rasulullah. Rasulullah s.a.w. bersabda : Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi hari kiamat tersebut?. Kemudian laki-laki tadi menjawab, tidak banyak persiapanku, hanya satu aku mencintai Allah dan Rasulnya. Maka Rasulullah s.a.w. menjawab “Engkau nanti akan dikumpulkan bersama orang yang engkau cintai”. Anas Bin Malik r.a berkata ; Maka kami tidak pernah merasakan kegembiraan seperti gembiranya kami setelah mendengarkan sabda Rasulullah s.a.w  “engkau bersama orang yang engaku cintai” .  kemudian Anas bin Malik r.a berkara lagi maka aku mencintai Rasul s.a.w. Abu Bakar r.a, Umar r.a, dan aku berharap Allah mengumpulkan aku bersama mereka di surga nanti dengan kecintaanku kepada mereka meskipun aku belum bisa mengamalkan amalan seperti amalan yang merekalakukan. (HR. Bukhori (dalam kitab shahi bukhori. hal 14-15)
            Akan tetapi haruslah kita ketahui, seperti apakah itu cinta kepada Alah dan Rasul-Nya, karena kebanyakan manusia mengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi hakekatnya mereka menetang mereka, Sehingga ucapan mereka adalah ucapan yang dusta.
            Adapun kedudukan dan ta’rif (arti) dari hakekat cinta pada cinta kepada Allah yaitu sebagaimana yang telah di jelaskan dalam firman-Nya :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya  “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘imron (3) : 31).
syaikh Abdurrahman bin Nasir As-sa’di menafsirkan ayat di atas. Beliau berkata ayat ini menjelaskan tentang wajibnya mencintai Allah, tanda-tandanya, perolehan serta buah dari cinta pada-Nya. Yang mana cinta kepada Allah mempunyai kedudukan yang tinggi, dan harus di atas yang lainn-Nya, termasuk cinta pada dirinya sendiri, serta tidak cukup hanya dengan pengakuan saja, akan tetapi harus disertai degan ketulusan. Tanda-tanda tulusnya cinta seseorang kepada Allah yaitu ittiba’ (mengikuti) Rasulullah s.a.w dalam segala aspek, yaitu mengikuti Rasul dalam ucapan maupun perbuatan, mengikuti Rasul dalam dasar-dasar agama serat cabang-cabangnya, dan  mengikuti Rasul lahir maupun batin. Barangsiapa yang ittiba’ kepada Rasul menunjukkan ketulusan cinta kepada Allah, dan Allah akan mengampuni dan menguatkan dalam gerak maupun diamnya disebabkan cintanya pada Allah. Dan barangsiapa yang tidak ittiba’ pada Rasul maka apa yang dia nyatakan adalah dusta, karena mengikuti Rasul merupakan syarat ketulusan cinta pada Allah.
            sedangkan kedudukan dan ta’rif (pengertian)  cinta kepada Rasulullah s.a.w  dijelaskan dalam sebuat hadist berikut :
وعن أنس رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : [ لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين ] أخرجاه أي البخاري ومسلم

Artinya “Tidak sempurna iman sesorang sampai dia mencintaiku melebih cintanya pada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia. (HR.Bukori Muslim)
Bahkan di hadist lain yang di riwayatkan oleh Umar r.a cinta pada Rasul harus melebihi cinta pada dirinya sendiri. Dan di jelaskan dalam kitab Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid bahwa seseorang yang tidak ber-Ittiba’ pada Rasulullah maka cinta pada Rasulullah adalah dusta, dengan dalil berikut :
šوَيَقُولُونَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالرَّسُولِ وَأَطَعْنَا ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ  
Artinya “dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan Kami mentaati (keduanya)." kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. An-nur (24) :47)
            Jadi untuk meraih surga dengan cinta yaitu dengan mengarahkan rasa cinta kita kepada Allah dan Rasulullah, dengan cara ber-Ittiba’ (mengikuti) Rasul dalam segala aspek kehidupan, baik dalam bernegara, bermasyarakat berkeluarga bahkan dalam segala tindakan yang kita lakukan, sehingga kelak kita di akherat bisa mendapat syafaatnya dan berjumpa dengan-Nya di surga. Akan tepai jika kita menjauhi hal tersebut (ittiba’), bahkan mengikuti musuh-musuh Allah (orang kafir) dalam menjalani hidup ini, maka lihatlah hidupnya yang tidak pernah merasakan kesenagan dlam beribadah kepadanya, dan kelak dia juga tidak akan mendapatkan kesenagan (surga). Sebagai mana yang dikatakan oleh Ibnu Taymiyyah.
"إن في الدنيا جنة من لم يدخلها لم يدخل جنة الآخرة"
Sesungguhnya di dunia ini ada surga (kekhusyu’an dalam beribadah), barangsiapa yang belum menadaptkannya maka dia tidak akan masuk di dalam surga nanti.



readmore »»  

MA’RIFATULLAH



Ma’rifatullah (mengenal Allah) merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap manusia sebagai hambAnya,  akan tetapi harus kita ketahui bahwa Ma’rifatullah disini bukanlah mengenal Dzat-Nya, karena tidak mungkin bagi manusia yang dengan kemampuan yang terbatas dapat mengenal Dzat-Nya. Menurut Ibnu Al Qayyim : Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma’rifah (orang-orang yang mengenali Allah)  adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.
Dengan mengenal Allah seseorang akan mengenal dirinya sendiri, orang yang mengenal Allah, ia akan memahami hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Allah berfirman (QS. 51:56) mengenai tujuan hidup manusia di dunia:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. 51:56)
Beriman kepada dapat kita capai dengan menegakkan tauhid dalam diri, yaitu dengan mensucikan dan memurnikan diri dari syirik dan. Para Ulama salaf membagi tauhid menjadi tiga, yaitu :
1.       Beriman pada Rububiyyah Allah
Setelah sesorang percaya tentang wujud nya Allah atau adanya Allah, maka dia harus percaya bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, Dia-lah Maha Pencipta, Dia-lah yang mengatur dan yang menjalankannya. Dialah yang Menciptakan para hamba, yang memeberi rezeki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya.  Seseorang yang sudah memepunyai keyakinan seperti itu maka dia sudah dikatakan bertauhid Rububiyyah. Tauhid ini sangat banyak dalilnya dalam Al-quran, salah satunya, yaitu :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya “Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Addzariyyat : 58)
Jika seseorang sudah melakukan hal tersebut maka sudah dikatakan bertauhid rububiyya, tauhid rububiyya bisa disebut juga mentauhidkan Allah dalm perbuatan-Nya, seperti pencipta, pengatur, dll.
2.  Beriman Pada Uluhiyyah Allah
Yaitu mengesakan Allah Ta’ala melalui perbuatan para hamba, dinamakan juga dengan tauhid ibadah. Artinya keyakinan yang pasti bahwa Allah s.w.t. : Ilah (sesembhan) yang hak dan tidak ada sesembahan selain-Nya, segalah yang di ibadahi selainnya dalah bathil, hanya Dia-lah yang patut di ibadahi, bagi-Nya kedudukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sekutu bagi-Nya, dan tidak boleh segala bentuk ibadah diperuntukkan pada selan-Nya, seperti shalat, zakat, haji, doa, rasa takut, harap,dll. Tauhid ini sangat banyak dalilnya dalam Al-quran, salah satunya, yaitu :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ                                                                
Artinya “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah :5)
Seseorang sudah dikatakan bertauhid uluhiyyah dengan baik apabila pengamalan pemahaman dan pengamalan syahadatainnya bagus, yaitu menafikan (meniadakan) segala sesembahan dan menetapkan bahwa hanya Allah semata yang berhak di ibadahi dengan di iringi rasa khauf, malu dan raja’, serta menjalankan koseskuensi dari pada syahadatain dengan baik dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan dalam segala aktifitasnya, khususnya dalam beribadah, tidak menambah syariat yang dibawanya dan tidak pula menguranginya walau hanya sedikit.

3.  Beriman pada Asma’ Wasifat
Yaitu keyakinan yang pasti bahwa Allah s.w.t. mempunyai Asmaul Husna (nama-nama baik), dia memunyai sifat-siafat yang mulia. Dia memiliki sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan . Dia-lah Yang Maha Esa dengan sifat-sifat tersebut, tidak dimiliki oleh mahluknya.
Ahlus Sunnah Waljama’ah : Mensifati Allah dengan sifat-sifat yang ada dala Alquran maupun dalam hadist. Adapun ayat Alquran tentang sifat Allah, yaitu :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا…… 
Artinya “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya… (QS. Al-A’raf : 180)

readmore »»