Selasa, 06 November 2012

MA’RIFATULLAH



Ma’rifatullah (mengenal Allah) merupakan suatu hal yang sangat penting bagi setiap manusia sebagai hambAnya,  akan tetapi harus kita ketahui bahwa Ma’rifatullah disini bukanlah mengenal Dzat-Nya, karena tidak mungkin bagi manusia yang dengan kemampuan yang terbatas dapat mengenal Dzat-Nya. Menurut Ibnu Al Qayyim : Ma’rifatullah yang dimaksudkan oleh ahlul ma’rifah (orang-orang yang mengenali Allah)  adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi pengenalannya”.
Dengan mengenal Allah seseorang akan mengenal dirinya sendiri, orang yang mengenal Allah, ia akan memahami hakekat kehidupannya. Oleh karenanya ia tidak akan mudah silau dan tertipu oleh kemilaunya kehidupan dunia. Allah berfirman (QS. 51:56) mengenai tujuan hidup manusia di dunia:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. 51:56)
Beriman kepada dapat kita capai dengan menegakkan tauhid dalam diri, yaitu dengan mensucikan dan memurnikan diri dari syirik dan. Para Ulama salaf membagi tauhid menjadi tiga, yaitu :
1.       Beriman pada Rububiyyah Allah
Setelah sesorang percaya tentang wujud nya Allah atau adanya Allah, maka dia harus percaya bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, Dia-lah Maha Pencipta, Dia-lah yang mengatur dan yang menjalankannya. Dialah yang Menciptakan para hamba, yang memeberi rezeki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya.  Seseorang yang sudah memepunyai keyakinan seperti itu maka dia sudah dikatakan bertauhid Rububiyyah. Tauhid ini sangat banyak dalilnya dalam Al-quran, salah satunya, yaitu :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya “Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Addzariyyat : 58)
Jika seseorang sudah melakukan hal tersebut maka sudah dikatakan bertauhid rububiyya, tauhid rububiyya bisa disebut juga mentauhidkan Allah dalm perbuatan-Nya, seperti pencipta, pengatur, dll.
2.  Beriman Pada Uluhiyyah Allah
Yaitu mengesakan Allah Ta’ala melalui perbuatan para hamba, dinamakan juga dengan tauhid ibadah. Artinya keyakinan yang pasti bahwa Allah s.w.t. : Ilah (sesembhan) yang hak dan tidak ada sesembahan selain-Nya, segalah yang di ibadahi selainnya dalah bathil, hanya Dia-lah yang patut di ibadahi, bagi-Nya kedudukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sekutu bagi-Nya, dan tidak boleh segala bentuk ibadah diperuntukkan pada selan-Nya, seperti shalat, zakat, haji, doa, rasa takut, harap,dll. Tauhid ini sangat banyak dalilnya dalam Al-quran, salah satunya, yaitu :
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ                                                                
Artinya “Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah :5)
Seseorang sudah dikatakan bertauhid uluhiyyah dengan baik apabila pengamalan pemahaman dan pengamalan syahadatainnya bagus, yaitu menafikan (meniadakan) segala sesembahan dan menetapkan bahwa hanya Allah semata yang berhak di ibadahi dengan di iringi rasa khauf, malu dan raja’, serta menjalankan koseskuensi dari pada syahadatain dengan baik dan menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan dalam segala aktifitasnya, khususnya dalam beribadah, tidak menambah syariat yang dibawanya dan tidak pula menguranginya walau hanya sedikit.

3.  Beriman pada Asma’ Wasifat
Yaitu keyakinan yang pasti bahwa Allah s.w.t. mempunyai Asmaul Husna (nama-nama baik), dia memunyai sifat-siafat yang mulia. Dia memiliki sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan . Dia-lah Yang Maha Esa dengan sifat-sifat tersebut, tidak dimiliki oleh mahluknya.
Ahlus Sunnah Waljama’ah : Mensifati Allah dengan sifat-sifat yang ada dala Alquran maupun dalam hadist. Adapun ayat Alquran tentang sifat Allah, yaitu :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا…… 
Artinya “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya… (QS. Al-A’raf : 180)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar